AROMA KEINTIMAN MENGHASILKAN URAPAN | 24hoursintimacy

AROMA KEINTIMAN MENGHASILKAN URAPAN

Kekristenan bukanlah agama yang murahan, asal percaya Yesus sebagai Tuhan terus masuk sorga. Bukan bermaksud mempersulit orang masuk KerajaanNya. Sorga yang diraih dengan murahan adalah Kerajaan abal-abal dan dapat dipastikan bukanlah tempat Tahta Allah yang Maha Kudus. Memang harus diakui paket keselamatan yang dikerjakan oleh Kristus sudah sempurna  dimana dosa diampuni, lemah dikuatkan, sakit disembuhkan, miskin diperkaya dan mati masuk sorga. Inilah jaminan yang tidak pernah bisa diberikan oleh manusia manapun selain Yesus Kristus yang lahir di kandang domba.

Semua itu anugerah gratis dari Tuhan namun untuk dapat menikmatinya dibutuhkan sebuah perjuangan yang keras, konsisten, masif dan harus  selalu meng”upgrade” hal-hal yang up to date dalam perkara-perkara sorgawi. Orang Kristen harus serakah untuk sorga dan konsumtif bila menyangkut kerajaanNya. Tanpa semua itu maka kekristenan akan terdegradasi dan dilindas dengan keduniawian.

Mereka yang merasa sudah mengaku percaya Yesus sebagai Tuhan namun masih hidup  arogan, nafsu liar, jahat, sadis dan najis  dapat dipastikan nafasnya bau busuk, perkataanya persis comberan, yang selalu menyeret orang kedalam dosa dan pencobaan. Yang model begini tidak akan pernah masuk area kemuliaan Allah dan sudah pasti tertolak dari zona sorga.

Kekristenan adalah kemelekatan diri dengan Kristus hari demi hari tanpa ada jeda waktu. Setiap detik rasanya berharga dan penting untuk duduk diam menikmati kemurahan Tuhan. Memiliki integritas yang tinggi dan loyalitas yang tidak pupus ditelan jaman. Indikatornya sangat jelas bahwa setiap tarikan nafas mengalirkan kerinduan akan Tuhan dan hati yang membara bagi kekasih jiwa.

Banyak Jemaat gereja Tuhan yang merasa cukup puas bila sudah bisa mengikuti seluruh prosesi ibadah dari liturgi  doa, pujian, kotbah dan memberi kolekte. Namun sebenarnya semuanya itu masih sangat dibawah standar.Model Kristen ini mereka menganggap gereja adalah kapal pesiar dengan berbagai fasilitas mewah dengan hiburan-hiburan yang memuaskan selera jiwa bukan sedang berada di kapal perang. Namun sesungguhnya anak Tuhan tidak  seharusnya berada di kapal pesiar hanya sebagai penikmat dari seluruh acara yang ada. Kekristenan seperti ini ujung-ujungnya banyak menuntut dan sebagai penonton dari seluruh kegiatan ibadah dan pelayanan. Jika ada kekurangan langsung mengkritik, caci maki dan segera meninggalkan gereja.

Namun sesugguhnya Kekristenan sedang masuk di kapal perang, dimana orang-orang di dalamnya dilatih menggunakan senjata, menembak sasaran yang jelas, berlari-lari dengan tujuan yang jelas. Hasil dari didikan gereja yang bak kapal perang ini menghasilkan kekristenan yang militan, radikal dan ekselen spirit. Siap meluluhlantakkan tentara iblis dan kembali membuat track record  kejayaan dari Kerajaan yang Maha tinggi dengan memenangkan jiwa-jiwa.

Jemaat model kapal pesiar akan menjadi jago kandang. Kalau hanya suruh tepuk tangan, berkarunia roh dan dan liturgi tidak perlu diragukan. Belum lagi demontrasi karunia roh dari bahasa Roh, nubuat, penglihatan yang dipertontonkan di etalase bergereja. Namun ketika menghadapi radikalisme, intoleran serta ancaman yang menyangkut nyawa, tiba-tiba nyalinya ciut, imannya luluh lantak seperti ager-ager yang siap disantap. Semua itu terjadi karena hilangnya urapan yang merupakan hal vital jika tidak ada maka akan sangat fatal.

Kita tahu pasti bahwa Tuhan sendiri akan mensupport dan mensuplay hidup kita. Hidup orang percaya diukir  di telapak tangan Tuhan (Yes 49:16), serta dimeteraikan melalui garis-garis tangan yang ada supaya orang tahu perbuatanNya (Ayub 37:7), sementara rambut dikepala kitapun terjaga dengan rapi dan tidak dibiarkannya jatuh (Luk 21:18). Yesaya dengan jelas mengatakan : “Yesaya  46:4 Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu. Mengingat intervensi Illahi yang sedemikian luar biasa di dalam kehidupan kita maka sebaiknya kita menciptakan aroma keintiman bersamaNya.

Urapan Tuhan mampu menstabilkan hidup kita terus berada di atas gelombang persoalan sambil berselancar menikmati indahnya kebersamaan dengan Allah kita terus tetap dalam performa yang indah bersama Tuhan.

Arti Aroma dalam kamus bahasa Indonesia adalah bau-bauan yang harum. Harus diakui aroma yang harum akan terpancar bila seseorang menemukan kebenaran sejati. Paulus mengatakan : “ Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. (II Korintus  2:15). Ayat ini secara sederhana mengatakan bahwa kekristenan merupakan kebanggaan Allah sendiri karena menyebarkan bau wangi yang terpancar dari Kristus. Orang yang menciptakan keharuman adalah orang yang sungguh-sungguh berendam lama  di wewangian (Ester 2:12). Minyak wangi akan selalu menyukakan hati (Ams 27:9). Aroma wewangian adalah syarat utama menghadap raja (Ester 2:12). Aroma wewangian adalah korban persembahan (kel 30:7) yang menyukakan hati Yesus sendiri (Luk 7:37-50).

Keintiman tidak bisa terjadi secara mendadak melainkan sebuah proses persahabatan (Yak 2:23), tunangan (2 Kor 11:2), Mempelai (Wah 21:9) dan masuk ke dalam kamar (Kid Ag 3:4). Dalam kenikmatan hubungan akan membuahkan hal-hal yang indah dalam kehidupan, tidak lagi ada sekat, perbedaan dan kekacauan. Puncak perjumpaan dengan yang suci, berbagai hal yang biasanya bertentangan tampak sejalan untuk mengungkapkan kesatuan yang mendasar. Lihat kisah tanpa Eden sebelum terjadi skandal, semua berjalan mulus tanpa ada pertentangan soal kehidupan namun sesudah kejatuhan maka semua hal bertentangan dengan sang kehidupan.

Abraham adalah pribadi yang hebat yang memiliki insting rohani yang tajam yang sering kali orang menyebutnya dengan kepekaan roh. Ketika Ia melihat 3 orang asing maka Abraham dengan tepat berlari dan menyembah (Kej 18:2). Di jaman Abraham hidup biasanya orang asing yang tidak dikenal biasanya rampok atau penjahat sehingga orang harus siap menyambut dengan menghunus pedang. Namun Abraham tidak demikian Ia langsung menyembah.
Inilah pertama kalinya Allah Sang Pencipta “incognito” menyamar menjadi bentuk manusia dan menjumpai manusia setelah Adam jatuh. Allah sendiri merindukan keintiman dengan makluk ciptaan termulia sehingga Ia tidak tahan di singgasananya dan beranjangsana ke bumi. Seluruh dunia yang bisa menyambut kehadiran Allah layaknya sahabat hanya Abraham. Musa saja hanya melihat punggungnya Allah (Kel 33:23), dikisahkan Musa berjumpa dengan Tuhan dengan wajah bercahaya (Kel 34:29).

Namun keberadaannya adalah Tuhan sebagai pribadi yang ILLAHI sementara Musa sebagai makluk insani.   Abraham satu-satunya makluk di bumi ini yang menyambut Allah sebagai manusia dan bercakap-cakap, duduk dan makan bersama (kej 18:8). Inilah yang menjadi kebanggaan orang Yahudi Nenek Moyang mereka bisa berjumpa dengan Allah seperti sahabat.

 Namun bila mereka akan terheran-heran bila melihat Allah menjadi manusia seutuhnya dan selama 33,5 tahun berjalan-jalan di bumi. Incognito Allah tersebut ditolak mentah-mentah bahkan dianiaya sampai mati disalibkan yakni Yesus Kristus. Untuk itulah sampai saat ini mereka tidak percaya akan KeTuhan Kristus, karena dianggapnya sebagai guru etika tingkat dewa.

Yang perlu diingat bahwa Abraham tidak cukup menyembah Tuhan saat Ia datang. Abraham tidak puas hanya sekedar sujud menyembah, dan tidak menghasilkan apapun. Abraham perlu minta belas kasihan untuk Tuhan sendiri berkenan datang ke rumah menikmati hidangan yang dipersembahkannya. Model seperti ini sering kali digunakan oleh Yesus dalam mengajar Kerajaan Allah dan menyelamatkan jiwa-jiwa. Yesus sendiri berkata kepada Zakheus, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu (luk 19:5), Ia akan tetap mengetuk pintu, menantikan untuk masuk dan menikmati makan bersama bagi mereka yang membukakanNya (Wah 3:20)

Kekristenan tidak cukup hanya menyembah dan memuji di gereja maupun persekutuan doa manapun. Tahapan selanjutnya harus mengajak Tuhan untuk terus menjalin sebuah komunikasi yang inten dan masif dalam setiap inci kehidupan. Manifestasi hubungan dengan Tuhan akan lebih nyata bila di luar tembok gereja dan persekutuan. Ketika kita sendiri tidak ada orang menyaksikan kita maka apa yang kita perbuat itulah yang menentukan karakter kita. Ketika kita melihat orang-orang yang butuh pertolongan reaksi kita menentukan iman kita apakah sedang dipimpin Roh Kudus atau egoisme kita.

Abraham ketika duduk diam bersama Allah makan hidangan olahan yang sudah dipersiapkan menghasilkan mujizat. Kemandulan yang bertentangan dengan karakter wanita normal yang sudah menikah tiba-tiba dibuat subur oleh Tuhan sekalipun sudah menopaus (Kej 18:10). Inilah urapan yang mematahkan setiap belenggu (Yes 10:27), Setiap orang percaya harus mendapatkan “fress anointing” urapan yang segar. Hal ini bisa diperoleh bukan satu jam dan dua jam dalam ibadah melainkan membutuhkan keintiman dengan durasi yang panjang setiap hari, minggu, bulan dan tahun!

Keturunan Abraham selanjutnya Yakub, memiliki pergulatan bersama Malaikat Tuhan di sungai Yabok, yang menentukan berkat bagaimana Yakub punya nyali menghadapi Esau dan identitas yang baru sebagai Israel (Kej 32). Puncak pertemuan dengan Tuhan sendiri membuahkan urapan ganda. Perempuan yang sakit dua belas tahun pendara han ketika menjamah jumbai jubah Yesus kesembuhan terjadi (Luk 8:44). Aroma keintiman bersama Tuhan harus menjadi pola hidup kita sehingga kita dapat memperoleh urapan yang baru.

Untuk dapat menyebarkan aroma Tuhan, mau tidak mau kita harus membara untuk kebenaran. Rasanya tidak puas jika hanya mencicipi hidangan ala snack saja. Kita harus makan besar seperti pesta mewah dengan aneka makanan yang membangkitkan selera. Namun untuk mendapatkan rasa lapar tersebut dibutuhkan doa meminta hati yang lapar dan haus akan kebenaran.

Persoalannya banyak anak Tuhan hatinya sudah sarat dengan pesta pora dan kemabukan (Luk 21:13), belum lagi hatinya penuh beban, dan penderitaan, akar pahit, amarah dan dendam. Untuk itulah Yesus Kristus berdiri ingin membereskan semuanya itu untuk kita datang kepadaNya (Mat 11:28,29). Ketika kita sudah dapat kelegaan maka kita akan dapat belajar serta bergairah akan kebenaran.

Kebenaran demi kebenaran yang sudah meresap dalam jiwa yang sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah keintiman bersama Tuhan. Keintiman dengan Tuhan tidak selalu tampak dalam lutut dan penyembahan namun dalam praktek kebenaran Allah dan disitulah urapan akan terpancar.  Amin
Labels:

Post a Comment

[blogger]

cw

{picture#YOUR_PROFILE_PICTURE_URL} YOUR_PROFILE_DESCRIPTION {facebook#https://web.facebook.com/candra1982}

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.